mungkin, berpikir, keadaan
/1/
dalam serak-serak nafas, sebuah kata keluar
menunjuk ke arah jam walker yang menjerit
jendela pagi yang senyap, perlahan tertawa
riangnya hingga mataharipun ikut tertawa
dan mulai berpikir
tetap saja terasa berat, mungkin asnya kurang
oli, hanya untuk melumasi, atau memang
tak pernah berjalan, berputar, hingga sebentar saja
susah untuk mulai, engkau, aku, bahkan dia ?
siapa ?
mungkin ... ?
tentu saja, bukan !
/2/
pagi yang dingin, aku seret sepotong roti
serta air putih tuk temani berita, suasana dan keadaan yang ingin
aku kunyah, agar tak sepi mereka dalam pikirku
aku menunggu
duduk, perlahan
mulai aku berpikir, setiap hari
sepanjang hari
mungkin ?
/3/
nol, angka sebelum satu
atau mungkin sesudah sembilan ?
nol, yang sekarang ada di pikiranku
mungkin, aku lelah berpikir
hingga nol, yang terhitung
ibu guru bilang, nol tambah nol sama dengan nol, dan
mungkin dulu aku belum tau jika nol tambah nol sama dengan nol itu
sama dengan tiga tambah tiga setelah bilangan itu di kali nol sama dengan nol
dan sekarang nol, selalu ada di pikiranku
aku berpikir, selalu nol
adakah aku ?
kenapa ?
aku lelah, susah ....
/4/
berpikir, hampir setiap hari, selalu, sering ?
aku berpikir, hingga samar-samar dalam dinding otakku
pintu kembali berdecit, seperti otakku yang tercepit
semakin lama aku lelah
daun yang jatuh, gugur sebagai pahlawan di ujung usianya
memandang hujan yang meniadakannya
menggapai tangan dingin tanah yang menerimanya
namun, berpikir
tak ada yang bisa menidurkannya
aku tak ingin berpikir, sejenak
detik, aku mohon
suara pintu berdecit, menyeret pikirku kembali
membuat rongga semakin serak
hidup, suasana, mudah
ah banyak asumsi
basi !
/5/
mungkin, hanya mungkin
"berpikir itu apa ?"
tanya anak kepada ibunya
lama belum menjawab, anak itupun kembali bertanya
"begitukah ibu, ibu sedang berpikir ?"
semakin berat
mungkin ibu, belum terbiasa
mungkin juga aku terlalu banyak bertanya
atau terlalu banyak berpikir ?
mungkin
/6/
keadaan berubah, suara bising menjadi seorang teman
asap yang melonjak, di antra sela-sela daun ban mobil baru, yang menikmati
alunan lagu aspal yang mulus, merdu, rapi dan rumit
keadaan itu, jadi sebuah santapan
mungkin aku tersesat dalam pikiranku, tentang dirimu, diriku, dirinya dan keadaan
ini yang membuatku bertanya, aku berpikir ?, mungkin
aku terlalu lama, mungkin aku lelah
apakah aku tak suka berpikir ?
mungkin
anak SMP, SMA bahkan MAHASISWA benarkah sebagian besar berpikir ?
mungkin, apakah berpikir sebuah budaya ?
mungkin, apakah dia berpikir tentang keadaan, lingkungan ?, keadaan sekitar ?
mugkin, serba mungkin
itu asumsi
terlalu takutkah kita untuk berpikir ?, atau bukan budaya kita ?, atau karena ..
imperialisasi, moderenisasi, liberalisasi yang membuat individualisasi ?
ah, apa itu ?
aku tak sanggup berpikir
lagi
/7/
kedok pertama adalah, jubah hitam
kemalasan ?,ketidak pedulian ?, atau bahkan praktis ..
ah apa itu semua
aku tak tahu
aku banyak urusan !!
(itu sudah biasa, kata temanku)
/8/
semua mungkin, hanya mungkin, karena berpikir
melihat keadaan, aku hanya bermain kata
karena mungkin
aku merasa, tentang keadaan
memprihatinkan
kebanyakan
/E.I/
yogya 12.f.11