Sajak Seorang Pemuda, 1950
Engkau menangis dikala senja merah, wanitaku
bau wangi-wangian melilitmu, menemanimu
membawakan lagu-lagu,
Pengantar tidur untukku.
Wanitaku, kau tetap wanitaku !
Desahan-desahan dibawah tubuh bumi.
Pekikan senapan, dan bau tanah basah,
mereka memanggilku !
bagai anak gadis kecil
penuh riang gembira
berlari-larian di belakang rumah.
Selongsong peluru mengorek habis isi kepalaku,
melumuri darah di setiap tubuh.
Tanah mendesah, dan terus mendesah
menopang tubuhku,
menghisap sari-sari jiwaku
di bawah pohon kenari,
aku melihatmu
mengibas-ibaskan rambutmu,
bagai dua kucing mengeong bercintaan.
Wanitaku, kau tetap wanitaku.
Disaat anak-anak kita bertanya,
katakanlah pada mereka
aku pergi saat senja merah,
ke sebuah tetirah.
Mengikuti panggilan jiwa,
dan para leluhurnya.
Yogyakarta, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar